Menikah?
Banyak orang beranggapan menikah itu bukan perkara sepele. Yap, totally right. Setelah masa penjajakan dan berpacaran hampir 4 tahun lamanya, aku dan aa memutuskan beralih ke tingkat yang lebih serius. Mungkin, orang melihat kami sepertinya mudah sekali membuat keputusan ini. Hmmm.. Mari kenali lebih dalam dulu guys.
Kenal, PDKT, pacaran, lalu menikah. Wohooo.. Nggak segampang itu kali ya. Ada kalanya kami stag dan berpikir harus dibawa kemana hubungan ini. Ada saatnya pula kami marah, saling benci dan kesal akan sifat masing-masing. Merasa bosan? Sudah pasti pernah dong. Bayangkan saja, sms-an, bbm-an, telpon-telponan dengan orang yang sama selama 4 tahun, dijamin kami pasti sering didera rasa bosan yang sama.
Lagi-lagi, mengambil keputusan untuk menikah itu nggak semudah membalik telapak tangan. Trauma akan latar belakang orangtua jadi faktor utamaku. Berulang-ulang kali berpikir, menimbang dan bertanya ke beberapa teman yang sudah menikah, hingga akhirnya aku yakin menjawab "ya" saat aa melamar. Yah, proses melamarnya sih tak seperti di sinetron FTV lho.. Tapi, cara aa tersenyum jail saat meminang itu sudah cukup membuatku tambah yakin dengannya.
Dulu, sempat terlintas pikiran, siapa ya orang yang bisa cocok denganku? Atau, aku bakal nikah dengan siapa ya? Hoho.. Percaya tidak, pria ganteng nan handsome itu mungkin masuk dalam kategori 'orang yang kamu inginkan' tapi bukan 'orang yang kamu butuhkan'. Mencari pasangan hidup itu...bukan berusaha menemukan pria yang sesuai dengan standar dan keinginan, tapi lebih pada 'kebutuhan' saling melengkapi. Right? Coba saja dipikir, untuk apa hidup bersama pria berwajah elok rupawan, tapi tiap hari musti makan hati? Thats why, pasangan terbaik itu bukan yang paling keren dan ganteng, tapi yang paling bisa mengerti.
Kalau ditanya, "Apa yang kamu ingin ubah dari pasanganmu, Nda?", wah sudah pasti jawabannya nggak ada. Malahan, kalau perlu jangan pernah berubah deh. Yang seperti ini dan saat ini saja sudah bikin bahagia kok. Mencintai seseorang itu bukan berarti mengubahnya jadi someone yang kamu inginkan, lebih baik biarkan saja ia menyayangi kamu apa adanya. Sikap, sifat, kebiasaan buruk memang menganggu, tapi lambat laun, pasti bisa berubah kok. Sebab, orang yang sayang dengan kamu, pasti tak akan mau mengecewakan dan menyakitimu dengan sengaja kan?
Mungkin aa kalau baca ini juga bakal ketawa ya.. Gimana nggak, dulu kalau aku lagi galau atau emosi, pasti ujung-ujungnya aku merengek minta berhenti (putus). Kalau udah begini, biasanya aa malah godain, becandain dan ngusilin sampe aku nangis. Cara inilah yang malah membuatku nggak jadi minta break, malah aku bisa ceplas-ceplos bilang apa saja yang bikin aku sebel dan marah.
"Nggak takut nanti berujung perceraian, Nda? Kan musim banget tuh kayak artis di TV..."
Sebagai anak saksi perceraian, aku pernah menganggap momen seperti ini menyebalkan, mengesalkan dan menyedihkan. Tapi itu dulu. Seiring aku tambah gede, perpisahan itu nggak sekelam yang dibayangkan kok. Bisa jadi, cara itu adalah jalan terbaik untuk kebahagiaan masing-masing, ya kan? Kesimpulan lainnya, kalau kamu siap menikah, berarti kamu juga harus siap untuk kemungkinan terburuk, yaitu perceraian. Wuh, ngeri ya? Eits, pisah disini bukan selalu cerai di pengadilan lho, LDR dan kematian juga termasuk. Itu sebabnya, mencintai seseorang itu harus tetap ada batasnya, jangan berlebihan dan jangan kurang juga sih.. hahaha. Aa sering bilang, perpisahan itu balik ke individu yang menjalaninya. Kalau bisa saling sayang, mengerti, memaafkan, rendah hati, peristiwa buruk itupun nggak akan terjadi kok.
Kemapanan pasangan juga menjadi pertimbangan yang penting, tapi bukan harga mati. Pernah dengar dari teman, "Pria mapan adalah suami orang". Kalimat ini memang benar banget deh. Kalau mencari someone yang sangat sangat sangat mapan untuk dinikahi, wah bisa-bisa baru nikah umur 40 cing. Kekayaan itu bisa dicari dan dibangun bareng-bareng kok. Yang penting, pasanganmu punya motivasi dan semangat dengan bekerja halal setiap hari. Aa juga bukan pegawai kantoran yang tiap hari dandan necis, dia lebih memilih berwirausaha dan mau tangannya kotor di bengkel las untuk usaha breket dan box motornya. Tapi jangan salah, apa yang kamu anggap remeh malah lebih menguntungkan daripada gaji kantoran lho.
Banyak orang bilang kalau mau nikah itu godaannya berat. Hmm.. Pria ganteng, mantan terindah atau rekan kerja kece itu cuma hiasan yang sekedar lewat. Balik lagi ke mental masing-masing sih, kalau tangguh dan kuat mental, mau ariel NOAH yang duduk di sebelah juga nggak bakal kepincut deh...
Sekarang, aku dan aa lagi mempersiapkan semuanya, doakan saja tak ada aral melintang yaaa.. Insyaallah bulan (masih rahasia) hahahaha. See you!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar